Apa Itu Multazam di Ka'bah dan di Mana Letaknya?

Salam sahabat umroh jogja...

 

Dalam gema takbir yang menggema di seluruh penjuru dunia, setiap tahunnya jutaan umat Muslim berkumpul di Tanah Suci untuk menjalankan ibadah haji dan umrah. 

 

Di tengah riuh rendahnya kerumunan yang berbondong-bondong menuju Ka'bah, terdapat sebuah tempat yang memiliki makna mendalam dan keistimewaan tersendiri – Multazam.

 

Bagi mereka yang telah beruntung merasakan kehadiran Multazam, tempat ini menjadi saksi sejarah dan spiritual yang tak terlupakan.

 

 

Multazam dalam Spiritualitas Islam

 

Multazam secara harfiah berarti "tempat yang dipegang teguh" dalam bahasa Arab. Secara spiritual, Multazam adalah sebuah area yang terletak di antara Hajar Aswad (Batuan Hitam) dan pintu Ka'bah. 

 

Tempat ini memiliki makna khusus dalam hati setiap jamaah yang tiba di Mekah. Menurut tradisi Islam, Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Isma'il, membangun kembali Ka'bah sebagai tempat ibadah kepada Allah. 

 

Multazam adalah bagian dari Ka'bah yang terletak di antara dua salib putih yang mengarah ke Hajar Aswad.

 

Dalam riwayat Rasulullah salallahu alaihi wasalam meletakkan dada, pipi dan kedua telapak tangannya di dinding Ka’bah di Multazam bersama-sama dengan para sahabatnya. 

 

Dari Abdurrahman bin Sofwan berkata: 

“Ketika Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam menaklukkan Mekkah, saya mengatakan: 

“Saya akan memakai pakaianku, dahulu rumahku di jalan. Saya akan melihat apa yang dilakukan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam. Maka saya berangkat dan melihat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam keluar dari Ka’bah. Beliau dan para shahabat keluar dari ka’bah dan mereka menyentuh bait (Ka’bah) dari pintu sampai di Hittim. Mereka menaruh pipinya di bait (ka’bah) sedangkan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka.” HR.Abu Dawud, 1898 dan Ahmad, 15124. (dalam sanadnya)

 

 

Sejarah dan Makna Multazam

 

Multazam memiliki makna sejarah yang kaya. Menurut beberapa riwayat, Multazam adalah tempat di mana Nabi Isma'il dan ibunya, Hajar, berdoa kepada Allah saat mereka ditinggalkan di lembah Mekah yang tandus. 

 

Di tengah keputusasaan dan cobaan yang mereka hadapi, doa mereka dijawab oleh Allah dengan memberikan air zam-zam yang menjadi penyelamat mereka.

 

Selain itu, Multazam juga memiliki hubungan erat dengan doa Nabi Ibrahim. 

 

Dalam Al-Qur'an, Allah menyebut Nabi Ibrahim sebagai teladan bagi umatnya, termasuk dalam doanya ketika ia berdoa, "Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berilah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhirat." (QS. Ibrahim: 35)

 

 

Berdoa di Multazam

 

Dikutip dari laman Islamic Landmarks, para umat Islam yang berada di Multazam dianjurkan untuk mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW dengan melakukan "iltizam". 

 

Iltizam mengacu pada tindakan memegang dinding Ka'bah sehingga dada, pipi, dan kedua telapak tangan menyentuh dinding tersebut.

 

Dalam riwayat, setelah menyelesaikan rangkaian Tawaf, Abdullah bin Umar melakukan shalat dan kemudian mencium Hajar al-Aswad. Setelah itu, beliau berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah dengan posisi dada, pipi, dan tangan menempel pada dinding.

 

Dalam tindakan tersebut, ia merujuk pada tindakan Nabi Muhammad SAW. Abdullah bin Umar menyatakan, "Inilah cara yang saya lihat Rasulullah melakukannya."

 

Di sini, seseorang dapat berdoa sesuai keinginan hatinya. Tetapi Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar juz 1 menyebutkan doa yang sunnah dibaca saat berada di Multazam adalah sebagai berikut ini:

 

اللهم لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَكَ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَكَ أَحْمَدُكَ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَم أَعْلَمْ وَعَلَى جَمِيْعَ نِعَمِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَعَلَى كُلِّ حَالٍ اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ اللهم أَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَأَعِذْنِيْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَقَنَعْنِيْ بِمَا رَزَقْتَنِيْ وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ اللهم اجْعَلْنِيْ مِنْ أَكْرَمِ وَفْدِكَ عَلَيْكَ وَأَلْزِمْنِيْ سَبِيْلَ الْلإِسْتِقَامَةِ حَتَّى أَلْقَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

 

Artinya, “Ya Allah, bagi-Mu pujian, (dengan) pujian yang meliputi seluruh anugerahmu. Aku bersyukur pada-Mu atas segala macam pemberian-Mu, baik yang kuketahui ataupun yang tidak kuketahui, dan atas segala nikmat-Mu, baik yang kuketahui ataupun yang tidak kuketahui, dan atas segalanya. 

 

Sesungguhnya tidak ada doa khusus yang dibacakan saat memeluk Multazam. Seseorang bebas melantunkan doa apa pun, namun tetap pada etika berdoa di muka umum, yaitu tidak sampai mengganggu orang lain.